A. PENDAHULUAN
Telah diketahui bahwa pola umum terjadinya interaksi belajar mengajar adalah interaksi tiga unsur yaitu guru, bahan pelajaran dan anak didik. Bahan sebagai isi dari proses belajar mengajar disampaikan guru untuk diterima oleh anak didik dan disini sebagai perantara untuk terjadinya interaksi belajar mengajar antara guru dengan anak didik.
Suatu realita sehari-hari, di dalam suatu ruang kelas ketika sesi Kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Ada beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, dan belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual. Ini terjadi karena, guru belum optimal memberdayakan ‘tambang emas’ potensi masing-masing siswa yang sering kali tersembunyi.
Bahan pelajaran yang perlu dikuasai oleh guru adalah bahan pokok yang sesuai dengan keahlian dan bahan penunjang diluar keahlian. Apabila salah satu dari kedua hal tersebut tidak dikuasai akan mengakibatkan :
1. Kegiatan belajar mengajar kaku
2. Situasi pengajaran kurang menggairahkan anak didik
3. Kurang mendapatkan tanggapan dari anak didik
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas pemakalah dapat menarik beberapa permasalahan sebagai berikut :
- Bagaimana tehnik memancing agar dapat umpan balik dari siswa ?
- Bagaimana cara mempergunakan alat Bantu yang ada disekitar kita ?
C. PEMBAHASA
Dalam penyampaian bahan pelajaran pokok sebaiknya dimanfaatkan pula bahan penunjangnya sebagai upaya mendapatkan umpan balik dari anak didik.
Tujuan yang harus dicapai dalam kegiatan pengajaran adalah pengusaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan guru. Agar hal tersebut dapat dicapai dan diketahui pengusaam anak didik dalam pelajaran diperlukan umpan balik yang diberikan anak dididik selama pengajaran berlangsung.
Umpan balik yang diberikan anak didik selama pelajaran berlangsung bermacam-macam tergantung dari rangsangan yang diberikan oleh guru. Rangsangan yang beragam mendapatkan tanggapan atau umpan balik yang beragam pula.
Interaksi dalam bentuk tanya jawab dilakukan karena asumsi guru bahwa kemungkinan besar sebagian anak didik belum mengerti dan belum mengusai bahan pelajaran yang baru disampaikan . Bahan pelajaran yang terlalu verbal memang cukup sulit dimengerti dan dikuasai anak didik. Penguasaan bahasa iuntuk memahami konsep konsep dari sesuatu bahan yang disampaikan merupakan penyebabnya.
Kelemahan bahasa verbal dapat membuat guru berusaha mengurangi verbalisme pada anak didik. Kecocokan pengunaan alat bantu pengajaran mempunyai arti penting untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik.
Pada permasalahan ini ada salah satu teknik yang mendukung yaitu umpan balik yang mana umpan balik ini akan saya bahas, bagaiman teknik-teknik mendapatkan umpan balik, diantaranya dengan memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat bantu akseptabel, dan menggunakan metode yang bervariasi
Motivasi belajar berlainan menentukan adanya umpan balik yang diberikan anak didik. Guru yang mengabaikan masalah perbedaan motivasi dalam diri setiap anak cenderung akan mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugasnya mengajar dikelas. Hal tersebut menekankan pentingnya memilih bentuk motivasi yang tepat guna membangkitkan gairah anak didik.
Metode yang bervariasi sangat strategis untuk membangkitkan motivasi belajar anak didik sehingga umpan balik yang diharapkan dari anak didik terjadi dengan tepat. Kesesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar anak didik dapat menciptakan interaksi dua arah dan umpan balikpun berlangsung selama guru memberikan pelajaran kepada anak didik di dalam kelas.
Umpan balik tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk mental yang selalu berproses untuk menyerap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai mahluk individu diperlukan untuk mendapat umpan.
A. Memancing Apersepsi Anak Didik
Anak didik merupakan mahluk individu dan juga mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan yang mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya.
Kehidupan sosial yang beragam dapat dilihat dari aspek tingkat usia, pekerjaan, jabatan , tingkat kekayaan, pendidikan , sosiologis, geografis, profesi dan sebagainya.Pengetahuan yang dimiliki anak didik sesuai dengan yang dia peroleh dari lingkungan kehidupannya sebelum masuk sekolah. Kehidupan dipedesaan dan diperkotaan merupakan dua sisi yang berlainan yang dapat juga melahirkan karakteristik yang berbeda.
Dalam mengajar , guru dapat memanfaatkan hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dan bahan pelajaran yang disampaikan . Pendekatan realisasi ini sangat ampuh untuk memudahkan pengertian dan pemahaman anak didik terhadap bahan pelajaran yang disajikan. Bahan pelajaran yang belum pernah didapatkan dan masih asing baginya , mudah diserap bila penjelasannya dikaitkan dengan apersepsi anak
Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakn bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak.
Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-lkesam dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Pengetahuan guru mengenai apersepsi dapat memancing aktivitas anak didik secara optimal. Disekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya). Tuntutan masyarakat khususnya siswa dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. (Tohirin, 2005: 152 )
Segala hal yang ternyata belum dimengerti secara jelas oleh pihak murid. Hendaknya dicatat dan diulangi lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang lebih baik dan akan memberi keterangan lebih pasti adalah mengadakan ujian singkat. Serupa dengan yang disebut kuis, di akhir jam pelajaran. Dengan ujian singkat itu murid dipaksa menuliskan. Sejauh mana bahan yang telah diterangkan dapat mereka mengerti. Sering kali cara demikian tidak mungkin terlaksana, karena memerlukan waktu cukup banyak. Namun kadang kala cara tersebut dapat sangat bermanfaat, karena itu salah satu cara memancing apersepasi anak didik.
Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasisiwa juga diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti bahan tersebut. Sehingga mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum lengkap
Jam pelajaran atau jam kuliah selanjutnya tidak mungkin diberikan kalau pengajar tidak tahu secara pasti hasil pelajaran sebelumnya. Pengajar dapat mengetahui hasil pelajaran sebelumnya dengan cara :
1. Lewat kesan yang diperoleh selama jam pelajaran itu sendiri
2. Lewat informasi sederhana dari pihak murid melalui pertanyaan-pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengajar selama atau setelah jam pelajaran
3. Lewat informasi tertulis dari pihak murid yang diperoleh melalui ujian singkat
4. Mempelajari hasil tentamen atau ujian yang diadakan pada akhir kursus (di sini murid dinilai )
Tiga hal yang pertama berhubungan dengan umpan balik yang dilakukan terhadap tiap jam pelajaran atau jam kuliah. Kita sebut hal itu sebagai umpan balik pelajaran atau kuliah. Sedangakan hal yang keempat berhubungan dengan evaluasi pada akhir kursus. Maka kita sebut penilaian kursus.
Setiap umpan balik pengajaran menentukan isi pelajaran berikutnya, oleh karena itu jelas, bahwa umpan balik tidak hanya perlu bagi guru, tetapi bagi murid. (Rooijakkers,1993: 10-12)
Peserta didik adalah Sang Anak yang merupakan milik Sang Pencipta dan milik dirinya sendiri, keberhasilannya akan sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dia miliki. Karenanya keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri peserta didik, antara lain :
a) Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif
Sikap guru tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai dan pola pandang bahwa peserta didik adalah manusia-manusia cerdas berpotensi, merupakan faktor penting yang akan meningkatkan partisipasi aktif peserta didik. Segala bentuk penampilan guru akan membias mewarnai sikap anak didiknya. Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka jangan harap akan tumbuh sikap aktif pada diri peserta didik. Karena itu hendaknya seorang guru dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses, serta dapat meyakinkan bahwa materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik, sehingga akan tumbuh minat yang kuat pada diri para peserta didik yang bersangkutan
b) Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran
Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa dan untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka peroleh. Selain itu hendaknya guru tidak lupa untuk mengadakan kesepakatan bersama dengan para peserta didiknya mengenai tata tertib belajar yang berlaku agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif
c) Tersediamya fasilitas sumber belajar,dan lingkungan yang mendukung
Bila di dalam kegiatan pembelajaran telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang “menarik” dan “cukup” untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar maka hal itu juga akan menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Begitu pula halnya dengan faktor situasi dan kondisi lingkungan yang juga penting untuk diperhatikan, jangan sampai faktor itu memperlunak semangat dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar
d) Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik
Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, dan percaya diri pada diri peserta didik dapat terus tumbuh, maka guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat berlangsung dengan berlandaskan prinsip pengakuan atas pribadi setiap individu. Sehingga kemampuan individu, pendapat atau gagasan, maupun keberadaannya perlu diperhatikan dan dihargai. Dan yang penting lagi guru hendaknya rajin memberikan apresiasi atau pujian bagi para peserta didik, antara lain dengan mengumumkan hasil prestasi, mengajak peserta didik yang lain memberikan selamat atau tepuk tangan, memajang hasil karyanya di kelas atau bentuk penghargaan lainnya
e) Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar
Perlu diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam hal perlakuan oleh guru di dalam pengelolaan kelas pada waktu yang lalu maka hal itu berpengaruh negatif terhadap kegiatan selanjutnya. Penerapan peraturan yang tidak konsisten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang lain akan menimbulkan kekecewaan dari para peserta didik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keaktifan belajar peserta didik. Karena itu di dalam memberikan sanksi harus sesuai dengan ketentuannya, memberi nilai sesuai kriteria, dan memberi pujian tidak pilih kasih
f) Adanya pemberian “penguatan” dalam proses belajar-mengajar
Penguatan adalah pemberian respon dalam interaksi belajar-mengajar baik berupa pujian maupun sanksi. Pemberian penguatan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keaktifan belajar dan mencegah berulangnya kesalahan dari peserta didik. Penguatan yang sifatnya positif dapat dilakukan dengan kata-kata; bagus! baik!, betul!, hebat! Namun semua itu tidak disajikan dengan cara berpura-pura tetapi harus tulus dari nurani guru. Dan sebagainya, atau dapat juga dengan gerak; acungan jempol, tepuk tangan, menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan dan lain-lain. Ada pula dengan cara memberi hadiah seperti hadiah buku, benda kenangan atau diberi hadiah khusus berupa; boleh pulang duluan atau pemberian perlakuan menyenangkan lainnya
g) Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.
Agar peserta didik dapat tetap aktif dalam mengikuti kegiatan atau melaksanakan tugas pembelajaran perlu dipilih jenis kegiatan atau tugas yang sifatnya menarik atau menyenangkan bagi peserta didik di samping juga bersifat menantang. Pelaksanaan kegiatan hendaknya bervariasi, tidak selalu harus di dalam kelas, diberikan tugas yang dikerjakan di luar kelas seperti di perpustakaan, dan lain-lain. Penerapan model “belajar sambil bekerja” (learning by doing) sangat dianjurkan, di jenjang sekolah dasar antara lain dilakukan belajar sambil bernyanyi atau belajar sambil bermain. Untuk lebih mengaktifkan peserta didik secara merata dapat diterapkan pemberian tugas pembelajaran secara individu atau kelompok belajar (group learning) yang didukung adanya fasilitas/sumber belajar yang cukup. Sekiranya tersedia dianjurkan penggunaan media pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat lebih efektif.
h) Penilaian hasil belajar dilakukan serius, obyektif, teliti dan terbuka
Penilaian hasil belajar yang tidak serius akan sangat mengecewakan peserta didik, dan hal itu akan memperlemah semangat belajar. Karena itu, agar kegiatan penilaian ini dapat membangun semangat belajar para peserta didik maka hendaknya dilakukan serius, sesuai dengan ketentuannya, jangan sampai terjadi manipulasi, sehingga hasilnya dapat obyektif. Hasil penilaiannya diumumkan secara terbuka atau yang lebih baik dibuatkan daftar kemajuan hasil belajar yang ditempel di kelas. Dari daftar kemajuan belajar tersebut setiap peserta didik dapat melihat prestasi mereka masing-masing tahap per tahap.
Jika siswa belum biasa bekerja efektif dalam kelompok, maka guru boleh menetapkan tugas masing-masing anggota kelompok dengan mempertim-bangkan beberapa hal seperti;
• kelompok itu kecil (dua sampai tiga siswa) dan guru menetapkan anggota kelompok
• tugas itu dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat saja
• tugas itu sederhana
• perintah-perintah jelas dan diberikan diberikan selangkah-demi-selangkah
• guru perlu menyediakan sumber belajar
• guru menerangkan dengan jelas peran setiap siswa di dalam kelompok
• penilaian bersifat informal dan guru perlu membahas dan mendiskusikan tugas itu dengan siswa
B. Memanfaatkan Taktik Alat Bantu yang Akseptabel
Dalam proses belajar mengajar , guru menyampaikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran tersebut bermacam-macam sifatnya dari yang mudah , sedang sampai ke yang sukar. Sifat bahan ini ditinjau setiap kali proses belajar mengajar berlangsung dan bia ada diantara anak didik yang kurang mampu memproses (mengolah) bahan ddengan baik sehingga pengertianpun sukar didapat. Inteligensi adalah faktorlain yang menyebabkannya. Penjelasan guru yang sulit dipahami juga menjadi faktor penyebab.
Pengajar perlu mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid, karena dari sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya dengan bahan berikutnya. Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu, pengajar haurs mengulangi lagi penjelasannya. Pada umumnya murid juga tidak tahu sejauh mana bahan yang diterangkan dapat mereka fahami. Hal ini kiranya dapat dimaklumi, karena mereka tidak mempunyai waktu untuk memikirkan pengetahuan yang baru saja mereka peroleh
Seorang guru yang kurang terbiasa berbicara dan kurang pandai memilih kata serta kalimat yang dapat mewakili isi pesan yang disampaikan dari setiap bahan pelajaran akan mengalami kesuilitan untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang paham atas bahan yang diajarkan.
Bahan pelajaran yang rumit dan kompleks cukup sulit digambarkan melalui kata-kata dan kalimat. Daya serap anak didik terhadap kalimat guru sampaikan relatif kecil , karena anak didik hanya dapat menggunakan indera pendengarnya (audio ), bukan penglihatannya (visual ) dan juga pengusaan bahasa anak yang relatif belum banyak.
.
Jalan pengajaran yang kondusif adalah kondisi belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak didik, hal tersebut terkuak sebagai implementasi dari luapan motovasinya. Anak yang giat tidak ada yang diam namun menuntut aturan pengajaran yang dibuat guru dan mereka belajar dengan konsentrasi tanpa mendapat gangguan yang berarti dari lingkungan. Kondisi seperti ini yang diinginkan setiap guru.
Guru yang menyadari kelemahan dirinya untuk menjelaskan isi dari bahan pelajaran disampaikan sebaiknya memnfaatkan alat bantu untuk membantu memperjelas isi dari bahan pelajaran.
Fakta , konsep atau prinsip yang kurang dapat dijelaskan dengan kata-kata atau kalimat dapat diwakilkan kepada alat bantu untuk menjelaskannya. Alat bantu yang cocok dapat mengkonkretkan masalah yang rumit dan komplek menjadi seperti sederhana.
Penjelasan yang diberikan ditambah dengan alat bantu yang baik mendukung untuk menguraikan fakta, konsep atau prinsip. Efektivitas pemahaman anak didik lebih terjamin .
Aliran realisme sangat mendukung penggunaan alat bantu dalam pengajaran.
Syaiful Bahri Djamarah , 1994 : 94 , menyatakan ”Belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan alat bantu yang mendekati kenyataan. Lebih banyak sifat alat bantu yang menyerupai kenyataan , makin mudah pembelajaran terjadi. ”
Cara menyajikan contoh situasi nyata atau contoh situasi buatan dalam sajian tayangan hidup (film). Cara ini lebih mudah menjadi pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita yang berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian kompetensi tentang sikap/attitude seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama, akan sangat membantu kalau dikemas dalam suatu cerita tayangan hidup yang menyentuh dimensi emosi dan perasaan. Alat audio visual dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikan dalam bentuk yang kongkrit. Film, film strip, model-model, dan lain memepermudah pengertian tentang konsep dan proses tertentu. Pengalaman belajar berupa eksperimen dalam laboratorium bermanfaat sekali untuk memahami ide atau pengartian yang sulit. (Brooks, J.G. & Brooks, M.G. 1993: 9)
Cara lainnya banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia, lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi (gambar). Dengan demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah dapat terbantu dengan keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.
Guru terbiasa menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini, siswa senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan informasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan ini berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung.. Materi yang diceramahkan pun perlu kontekstual dengan pengalaman sebagian besar siswa. ( Harlen, W. 1987: 12)
Buku pelajaran, tak semua sama baiknya, hendaknya ada beberapa buku yang harus dimiliki dalam satu pelajaran karena dalam buku yang satu mungkin lebih jelas dan mudah dipahami dalam buku yang lain.
Buku kerja, di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu murid mengenang dan mengelolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran.
Media cetak, seperti buku, modul dan lain-lain. (Nazulia, 1982: 45)
Dalam mengelola kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampu ‘unjuk kemampuan/ mendemonstrasikan kinerja (performance)’ sebagai hasil belajar. Inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah penyediaan seperangkat pertanyaan yang mendorong siswa bernalar atau melakukan kegiatan ilmiah. Para ahli menyebutkan jenis pertanyaan ini sebagai ‘pertanyaan produktif’. Karena itu, dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran ini guru perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktif dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan semua siswa terlibat baik secara mental maupun secara fisik.
D. KESIMPULAN
Teknik-teknik mendapatkan umpan balik, bagaimana memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat Bantu yang akseptabel, menggunakan metode yang bervariasi, saya dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa cara dan metode-metode untuk memancing apersepsi anak didik diantarnaya: menggunakan suatu system aturan tertentu dalam menghadapi hal-hal atau prosedur tertentu, mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak berketerusan, mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat, memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas, memberikan penghargaan dan ganjaran untuk memotivasi siswa, menggunakan kritik yang halus dalam mengomunikasikan harapan kepada siswa yang lebih pandai, menerima inisiatif siswa yang disampaikan melalui pertanyaan, bahasan, atau saran-saran.
Memanfaatkan teknik alat Bantu yang akspektabel diantaranya: menggunakan alat-alat seperti audio-visual, visualisasi verbal, audio verbal, buku pelajaran, buku kerja, media cetak, dan lagi alat Bantu yang paling penting dan murah adalah pertanyaan. Dengan alat Bantu pertanyaan kita akan lebih mudah memahami apakah anak didik memang benar-benar memahami apa yang kita ajarkan dengan baik.
Menggunakan Metode yang bervariasi antara lain: dengan menggunakan metode Menggubah syair lagu dan bernyanyi, melakukan Permainan , bermain peran, diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah), menggambar dan mengarang, menulis prosa, puisi, pantun, gurindam, membaca bermakna, menyimak untuk menangkap gagasan pokok, mengisi teka teki, mengajukan pertanyaan penelitian ,mengajukan pendapat dengan alasan yang logis, mengomentari, bercerita, mendengarkan cerita, mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda, mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting, membuat rangkuman/ synopsis, mendemonstrasikan hasil temuan, mencari pemecahan soal-soal Matematika, membuat soal cerita, mengukur panjang, berat, suhu, merencanakan dan melakukan percobaan, dan jika ini di hubungkan dengan pendidikan Islam, maka tentunya semuanya harus dilandasi nilai KeIslaman, yaitu dengan memberikan teladan yang baik dan menyelesaikan semua masalah dengan lemah-lembut dan bermusyawarah sesuai dengan tuntunan Agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Syaiful Bahri Djamara dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tiga, Jakarta, 2006.
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata,; Landasan Psikologis Proses Pendidikan, Penerbit PT Remaja Rosdakarta, Cetakan ke dua, Oktober 2004, Bandung.
Roestiyah N K, Strategi Belajar Mengajar , Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tujuh , Jakarta, 2008.
Moh Uzer Usman dan Lilis SEtiawati; Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Penerbit PT Remaja Rosdakarta, Cetakan pertama, Bandung, 1993.
Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2003
Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, 1992
Tohirin, Psikologi Pembelajaran PAI, Rineka Cipta, Jakarta, 2005
0 komentar:
Posting Komentar